Dalam tradisi keislaman, cerita-cerita tentang keajaiban doa dan amalan sering kali menjadi sumber inspirasi dan keimanan bagi umatnya. Salah satu cerita yang menarik adalah yang disampaikan oleh Syekh Abu Zaid Al Quthubi, yang ditemukan dalam kitab Irsyadul Ibad karangan Syekh Zainuddin al-Malibari.
Kitab ini menjadi sumber penting bagi mereka yang mencari petunjuk spiritual dan nasihat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Salah satu cerita yang tercatat di dalamnya menggambarkan pengalaman seorang yang mendengar tentang kekuatan membaca Laa Ilaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali sebagai tebusan dari api neraka.
Cerita ini menggambarkan bagaimana keyakinan yang tulus dan amalan yang sungguh-sungguh dapat menghasilkan keajaiban dalam kehidupan seseorang, membuktikan bahwa rahmat Allah SWT selalu ada bagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam mencari-Nya. Berikut ceritanya:
Syekh Abu Zaid Al Quthubi pernah bercerita bahwa dia pernah mendengar dari orang-orang tua dahulu yaitu ada atsar yang mengatakan: “Barangsiapa yang membaca Laa Ilaha Illallah tujuh puluh ribu kali maka bisa digunakan tebusan dari api neraka.”
Kemudian beliau berkata: “Dengan demikian seorang yang membacanya akan masuk surga, akupun tidak segan-segan melakukannya, lantaran menginginkan mendapatkan janji yang menyenangkan itu. Aku membaca Laa Ilaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali dengan niat untuk keluargaku agar diselamatkan dari api neraka dan yang lain aku simpan untuk diriku sendiri.”
Lalu Syekh Abu Zaid menceritakan bahwa ada seorang pemuda yang ketepatan menginap di rumah beliau. Ada yang mengatakan kalau pemuda itu bisa melihat surga dan neraka dengan kasyaf. Tapi melihatnya tidak terus-menerus, Kadang bisa kadang tidak. Orang-orang juga mengakui atas kelebihan pemuda itu sekalipun usianya masih pendek. Lantas syekh menganggap bahwa ada sesuatu yang perlu dibuktikan terhadap pemuda itu.
Pada suatu hari ada sebagian teman Syekh Abu Zaid mengundangnya agar pergi ke rumah pemuda tersebut, kemudian bertemulah Syekh Abu Zaid dengannya dan sama-sama memakan hidangan, dan meminumnya.
Lalu di tengah-tengah menikmati jamuan tersebut tiba-tiba pemuda itu menjerit dengan suara yang keras seraya berkata: “Wahai pamanku, ini ibuku sedang berada di neraka”
Lalu pemuda itu menjerit dengan suara yang keras lagi, orang-orang yang mendengarkan bahwa di balik jeritannya itu ada sesuatu yang mengejutkan. Syekh Abu Zaid lantas berkata:
“Pada hari aku ingin mencoba atas kebenaran anggapan pemuda itu, lalu Allah menurunkan ilham padaku agar aku membaca Laa Ilaha Illallah tujuh puluh ribu kali sebagai tebusan untuk ibu pemuda ini, tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa aku diberi ilham seperti itu.”
Beliau juga berkata kalau Atsar atau hadis tersebut jelas benar, perawi-perawinya juga orang-orang yang bersungguh-sungguh, tidak bohong.
Kemudian Syekh Abu Zaid dalam hati mengatakan, “Ya Allah sesungguhnya bacaan Laa Ilaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu itu sebagai tebusan ibu pemuda ini.”
Ajaibnya sebelum perkataan itu berhenti dalam hati beliau, pemuda itu berkata: “Wahai pamanku ini ibuku dikeluarkan dari api neraka dan alhamdulillah.”
Hikmah
Kisah dari kitab Irsyadul Ibad mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, kekuatan doa dan amalan yang tulus tidak hanya dapat membawa manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain, bahkan orang-orang yang kita cintai. Amalan membaca Laa Ilaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali sebagai tebusan dari api neraka merupakan bukti bahwa Allah SWT menerima doa-doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Kedua, cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya keyakinan yang kuat dan kesabaran dalam menjalani perjalanan spiritual. Meskipun ujian dan kejutan mungkin datang dalam hidup kita, tetapi doa dan amalan yang dilakukan dengan niat yang murni dapat mengubah takdir dan membawa berkah dari Allah SWT.
Terakhir, cerita ini menunjukkan bahwa dalam agama Islam, keimanan pada kekuatan doa dan amalan tidak hanya sebatas kepercayaan, tetapi harus disertai dengan tindakan nyata yang ikhlas dan konsisten. Dengan demikian, kita dapat memperoleh rahmat dan keberkahan dari Allah SWT serta menjadi inspirasi bagi orang lain untuk menguatkan keimanan dan praktek spiritual mereka.
Penulis: Mahir Riyadl
0 Comments